InternasionalBerita - Dalam perjalanannya sebagai pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong menunjukkan sikap yang penuh toleransi terhadap keyakinan agama para pemainnya. Ia mengakui pentingnya agama dalam kehidupan pemain dan masyarakat Indonesia secara umum, yang berbeda dengan budaya di negaranya sendiri, Korea Selatan.
Sikap Pelatih Timnas Shin Tae-yong
Shin Tae-yong secara tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin campur tangan dalam urusan agama para pemain Timnas Indonesia. Meskipun demikian, ia sepenuhnya memahami bahwa waktu beribadah bagi para pemain harus dihormati, seperti saat pelaksanaan Salat Jumat bagi umat Muslim.
"Saya berusaha untuk tidak ikut campur dalam masalah agama bahkan hanya 1%. Di Indonesia, 70-80% penduduknya memeluk agama Islam. Oleh karena itu, kita tidak bisa berlatih pada hari-hari ketika Salat Jumat dilakukan," ungkap Shin Tae-yong kepada media Korea Selatan, Sports Kyunghyang Shinmun.
Shin Tae-yong Hormati Waktu Ibadah Pemain Timnas
Sikap toleransi Shin terhadap kegiatan beragama pemain Timnas Indonesia bukanlah hal baru. Pada bulan Juni 2022, saat melakukan pemusatan latihan Timnas U-19 di Jakarta, Shin memilih untuk menghentikan latihan ketika adzan berkumandang.
"Sudah menjadi kebiasaan saya selama ini. Ketika adzan berkumandang, saya menghentikan latihan selama 1-2 menit hingga adzan selesai. Ini merupakan salah satu cara bagi saya untuk menghargai agama pemain," ujar Shin Tae-yong di Stadion Madya, Jakarta, pada tanggal 23 Juni 2022.
Kesadaran akan pentingnya menghormati agama pemain tidak hanya muncul begitu saja dalam kepribadian Shin Tae-yong. Pengalaman buruk yang ia alami ketika menjadi bagian dari timnas Korea Selatan yang dilatih oleh Uli Stielike, seorang pelatih asal Jerman, turut memengaruhi sikapnya saat ini.
Baca Juga : Cek Disini! Jadwal Pencairan THR dan Gaji ke-13 Pensiunan 2024
Selama periode 2014-2017, Shin bekerja sebagai asisten pelatih di timnas Korea Selatan di bawah kepemimpinan Stielike. Dalam pengalamannya tersebut, Shin merasa kesal dengan sikap Stielike yang dianggapnya kurang memperhatikan budaya dan nilai-nilai lokal Korea Selatan.
"Saat Stielike mulai menjabat sebagai pelatih, dia bahkan tidak mau berbicara langsung dengan saya selama 4 bulan. Saya merasa bahwa dia tidak menghargai budaya kami dan mencoba untuk memimpin tim seperti yang dia lakukan di Eropa," ungkap Shin.
"Kejadian itu membuat saya sangat sedih, dan dari situlah saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak akan pernah bertindak seperti itu jika suatu saat saya menjadi pelatih di negara lain," tambahnya.
Dari pengalaman yang pahit itu, Shin Tae-yong belajar akan pentingnya menghormati budaya dan agama setiap individu, terutama ketika berada di lingkungan yang berbeda secara budaya seperti di Indonesia. Ia menjadikan penghormatan terhadap agama para pemainnya sebagai salah satu prinsip utama dalam melatih timnas Indonesia.
Social Header