InternasionalBerita - Pada Kamis, 25 Januari 2024, sebuah insiden yang mencengangkan terjadi di langit Indonesia. Pilot dan kopilot pesawat Batik Air dikabarkan tertidur selama 28 menit ketika menerbangkan pesawat Airbus A320 dari Bandara Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara menuju Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Meskipun kejadian ini tidak menyebabkan korban jiwa atau kerugian material, tindakan serius diambil terhadap pilot dan kopilot yang tertidur di kokpit.
Mari kita eksplorasi sejumlah fakta terkait kejadian ini untuk memahami konteks dan implikasinya lebih dalam.
1. Penerbangan dengan Pesawat Airbus A320
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan peristiwa ini melalui preliminary report atau laporan pendahuluan. Pesawat yang terlibat adalah Airbus A320 dengan nomor registrasi PK-LUV, yang dioperasikan oleh maskapai Batik Air. Pesawat ini memiliki kapasitas untuk menampung 153 penumpang dan dioperasikan oleh dua pilot serta empat pramugari. Rute penerbangan melibatkan perjalanan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara Halu Oleo, Kendari, dan pulang pergi.
2. Kopilot Kurang Istirahat Sebelum Penerbangan
Sebelum pesawat berangkat dari Jakarta ke Kendari, kopilot memberitahu pilot bahwa dia kurang istirahat. Pada ketinggian 10.973 meter, pilot menawarkan kopilot untuk beristirahat, dan kopilot tidur sekitar 30 menit di kokpit. Sementara itu, pilot mengambil alih tugasnya sebagai pilot monitoring (PM). Kopilot terbangun sebelum pesawat mendarat di bandara Kendari.
Selama transit di Waypoint ESGIX, kedua pilot menyantap mi instan di kokpit. Setelah penurunan penumpang selesai, proses boarding penumpang untuk penerbangan pulang ke Jakarta dimulai.
3. Pilot Gantian Istirahat saat Terbang Menuju Jakarta
Ketika pesawat terbang kembali menuju Jakarta, pilot dan kopilot bertukar tugas. Pilot menjadi pilot monitoring (PM) dan kopilot sebagai pilot flying (PF). Saat pesawat mencapai ketinggian 10.973 meter, pilot memberikan izin istirahat dan tidur kepada kopilot.
Kopilot mengemudi sambil menghindari cuaca buruk dan terus berkomunikasi dengan area control center (ACC) Makassar. Kontak dengan ACC Jakarta juga terjalin. Sayangnya, setelah menerima instruksi dari ACC Jakarta, kopilot tidak sengaja tertidur.
4. Kopilot Ketiduran dan Reaksi Pilot
ACC Jakarta mencoba menghubungi pesawat setelah transmisi terakhir dari kopilot berlangsung 12 menit sebelumnya. Tidak ada jawaban, dan ACC Jakarta meminta pilot lain untuk menghubungi pesawat tanpa hasil. Sekitar 28 menit setelah transmisi terakhir, pilot terbangun dan menyadari pesawat salah jalur.
Pilot melihat kopilot tertidur dan membangunkannya. Pilot kemudian menanggapi panggilan dari pilot lain dan ACC Jakarta. Awalnya, pilot memberi tahu ACC Jakarta bahwa pesawat mengalami masalah komunikasi radio yang sudah teratasi, dan penerbangan dilanjutkan ke Jakarta dengan lancar.
5. Kopilot Kurang Tidur dan Kondisi Pribadi
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, mengungkapkan hasil pemeriksaan bahwa pilot dan kopilot lolos dalam tes perizinan terbang dan pemeriksaan kesehatan sebelumnya. Namun, kopilot mengaku kurang tidur karena harus merawat bayi kembar yang baru berusia satu bulan. Kondisi ini, ditambah dengan pemindahan rumah sehari sebelum penerbangan, memberikan gambaran tentang beban stres dan kelelahan yang mungkin dialami oleh kopilot.
6. Investigasi dan Tindakan dari Kemenhub
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) M. Kristi Endah Murni menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi dan review terhadap night flight operation di Indonesia terkait manajemen risiko atas kelelahan untuk Batik Air dan operator penerbangan lainnya.
Pilot dan kopilot yang tertidur dalam penerbangan tersebut telah dinonaktifkan oleh Batik Air, yang juga akan memperkuat program pembinaan dan meningkatkan prosedur keselamatan operasional penerbangan bagi seluruh awak pesawat. Pihaknya juga berkomitmen untuk membuat kebijakan waktu istirahat yang memadai bagi awak pesawat sebelum menjalani tugas terbang.
Baca Juga : Memanfaatkan Momen Ramadan: Ajakan MUI untuk Boikot Produk Terkait Israel
Kejadian ini menjadi sorotan dan peringatan serius terkait keselamatan penerbangan. Kondisi kelelahan dan kurangnya istirahat dapat mengakibatkan ketidakwaspadaan, yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Pentingnya manajemen risiko, perawatan kesehatan awak pesawat, dan kebijakan keselamatan operasional menjadi titik fokus dalam mengatasi potensi risiko serupa di masa depan.
Dengan mengambil langkah-langkah investigasi dan pencegahan, diharapkan industri penerbangan dapat terus meningkatkan standar keselamatan dan memastikan bahwa setiap penerbangan dilakukan dengan kondisi optimal. Kejadian ini juga mengingatkan kita akan pentingnya peran manusia dalam penerbangan, di mana kelelahan dan faktor pribadi dapat memiliki dampak besar terhadap keselamatan penerbangan secara keseluruhan.
Social Header