Breaking News

Protes Besar di Valencia, Spanyol: Warga Mengecam Penanganan Banjir yang Buruk

 


InternasionalBerita - Pada Sabtu, 9 November 2024, lebih dari puluhan ribu orang berkumpul di pusat kota Valencia, Spanyol, untuk menyuarakan kemarahan mereka terkait dengan penanganan bencana banjir yang terjadi pada akhir bulan lalu. Aksi demonstrasi ini menjadi wujud protes terhadap respons lambat pemerintah daerah yang dipimpin oleh Carlos Mazon terhadap bencana alam yang menimpa wilayah tersebut. Ratusan pengunjuk rasa berteriak meminta pemimpin daerah tersebut untuk mengundurkan diri, dengan seruan seperti "Mazon Mundur!" dan "Pembunuh!" sambil membawa spanduk yang bertuliskan "Kamu Membunuh Kami!".

Tidak hanya berteriak dalam protes, sejumlah demonstran juga melakukan aksi simbolik dengan melemparkan sepatu kotor dan melumuri dinding gedung pemerintahan dengan lumpur. Semua itu merupakan bentuk kekecewaan mendalam terhadap tanggapan pemerintah yang dianggap tidak memadai terhadap bencana yang merenggut ratusan nyawa dan menghancurkan banyak rumah serta infrastruktur di wilayah Valencia.

Kritikan terhadap Penanganan Banjir oleh Pemerintah Daerah

Banjir dahsyat yang melanda wilayah Valencia pada 29 Oktober 2024 lalu menimbulkan kerusakan luar biasa. Namun, banyak warga yang merasa bahwa pemerintah daerah terlambat memberikan peringatan kepada masyarakat. Sejumlah pengunjuk rasa mengungkapkan kekecewaannya karena baru menerima peringatan bencana sekitar pukul 8 malam, saat air sudah membanjiri sejumlah kota dan desa di sekitarnya. Bagi banyak warga yang terdampak, waktu yang terlambat tersebut memperburuk dampak bencana, mempersulit evakuasi, dan meningkatkan risiko keselamatan.

Carlos Mazon, pemimpin daerah Valencia yang berasal dari Partai Populer (PP), membela diri dengan menyatakan bahwa besarnya dampak bencana tersebut tidak bisa diprediksi dengan tepat. Ia juga menjelaskan bahwa pemerintahannya tidak menerima peringatan yang memadai dari otoritas pusat. Meski demikian, pihak badan cuaca Spanyol sudah mengeluarkan peringatan merah, tingkat peringatan tertinggi, sejak pukul 7:30 pagi pada hari yang sama. Banyak pihak menilai bahwa keterlambatan pemerintah dalam memberikan peringatan menunjukkan adanya kelemahan dalam pengelolaan respons bencana.

Tak hanya soal peringatan, tanggapan pemerintah dalam hal penanganan bencana juga dipertanyakan. Para relawan, yang menjadi garda terdepan dalam membantu korban bencana, lebih cepat turun ke lapangan untuk melakukan evakuasi dan memberikan pertolongan. Baru setelah beberapa hari berlalu, aparat pemerintah mulai mengerahkan polisi dan tentara untuk menangani bencana di banyak daerah yang paling terdampak parah. Kecepatan respons yang lambat ini menambah frustrasi bagi banyak orang yang merasa diabaikan oleh pemimpinnya.

Warga Kehilangan Nyawa dan Harta Benda

Banjir besar ini menyebabkan dampak yang sangat fatal bagi kehidupan warga. Menurut data yang dirilis pada 9 November, jumlah korban tewas akibat banjir telah mencapai 220 orang, dengan 212 korban berasal dari wilayah Valencia. Selain itu, puluhan orang lainnya masih hilang, sementara ribuan rumah rusak parah. Banyak warga yang terjebak di rumah mereka saat banjir datang dengan cepat, dan beberapa di antaranya terpaksa kehilangan nyawa. Di antara korban yang meninggal, ada juga laporan tentang seorang wanita, Sara Sanchez Gurillo, yang kehilangan saudara iparnya, Candido Molina Pulgarin, yang ditemukan tewas setelah terjebak di ladang jeruk. Sara mengungkapkan kemarahannya terhadap respons pemerintah yang dianggap sangat buruk dan tidak efektif dalam menangani situasi darurat.

"Keadaan ini sangat memalukan. Pemerintah sudah tahu bencana akan datang, namun mereka tidak memberikan peringatan yang cukup. Mereka tidak mengevakuasi orang-orang. Kami ingin mereka mundur dari jabatannya," ujar Sara dengan emosi yang mendalam. Tidak hanya itu, Sara juga menuntut agar pemerintah pusat segera turun tangan dengan mengerahkan lebih banyak tentara dan petugas penyelamat untuk membantu evakuasi. Ia bahkan mengkritik keras figur Raja Felipe VI, yang dianggapnya tidak berbuat cukup dalam mendesak pemerintah untuk segera bertindak.

Selain itu, beberapa warga Valencia yang merasa terabaikan juga meluapkan kemarahan mereka dengan melemparkan lumpur dan berteriak "pembunuh" kepada Mazon, Raja Felipe VI, serta Perdana Menteri Pedro Sanchez, yang berkunjung ke lokasi bencana pekan lalu. Aksi protes ini semakin menunjukkan betapa besar ketidakpuasan masyarakat terhadap cara pemerintah menangani bencana yang menewaskan banyak orang dan merusak harta benda mereka.

Baca Juga : Mengenal Teknologi Distributed Ledger (DLT) dan Perannya di Dunia Digital

Keterlambatan Penanganan yang Menambah Luka

Masyarakat tidak hanya kecewa terhadap pemerintah daerah, tetapi juga menilai pemerintah pusat gagal dalam memberikan bantuan yang tepat waktu. Salah satu warga yang merasa marah adalah seorang pria yang kehilangan rumah dan keluarganya dalam bencana tersebut. Ia mengatakan bahwa meskipun pemerintah sudah mengetahui adanya ancaman banjir sejak pagi hari, mereka baru turun tangan beberapa jam setelah banjir merusak rumah dan infrastruktur. Ketika bencana besar terjadi, banyak warga merasa terisolasi dan tidak mendapatkan bantuan yang memadai.

Ribuan rumah terendam air, dan beberapa jalan masih tertutup lumpur dan puing-puing, yang memperburuk situasi. Walaupun tidak ada wabah penyakit menular yang dilaporkan, banyak pihak khawatir jika penanganan bencana terus terlambat, ancaman terhadap kesehatan masyarakat bisa meningkat. Selain itu, ketiadaan peringatan yang jelas dan efektif serta keterlambatan dalam pengiriman bantuan menunjukkan adanya masalah serius dalam sistem manajemen bencana di Spanyol.

Banjir Mematikan yang Menjadi Sejarah Eropa

Banjir di Valencia ini mencatatkan diri sebagai salah satu bencana alam terbesar yang pernah terjadi di Eropa. Dengan jumlah korban tewas yang mencapai 220 orang, bencana ini dianggap sebagai yang paling mematikan sejak banjir di Portugal pada tahun 1967 yang merenggut sekitar 500 nyawa. Kerusakan yang ditimbulkan sangat luas, dengan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan harta benda mereka. Bencana ini juga menunjukkan kerentanannya infrastruktur dan respons pemerintah terhadap bencana alam yang tidak terduga.

Namun, meskipun ada kekurangan dalam penanganan bencana, upaya warga setempat dan relawan untuk saling membantu selama bencana patut diapresiasi. Mereka memberikan pertolongan pertama dan membantu proses evakuasi sebelum pemerintah berhasil mengerahkan bantuan yang lebih besar. Namun, yang paling penting adalah bagaimana Spanyol, baik di tingkat pemerintah daerah maupun pusat, akan memperbaiki sistem penanggulangan bencana mereka agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan.

Secara keseluruhan, protes di Valencia ini mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap penanganan bencana oleh pemerintah. Masyarakat yang merasa kehilangan banyak nyawa dan harta benda ingin agar pemerintah bertanggung jawab dan memastikan bahwa bencana serupa dapat dikelola dengan lebih baik di masa depan. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Klik Food

© Copyright 2022 - INTERNASIONAL BERITA - BERITA MASA TERKINI