InternasionalBerita - Seminar yang diselenggarakan oleh Taipei Economic and Trade Office in Indonesia (TETO) bekerja sama dengan Universitas Bina Nusantara (Binus University) baru-baru ini menarik perhatian banyak pihak dengan fokus pada isu strategis di Selat Taiwan. Bertajuk 'Flashpoint Formosa: Menanggapi Meningkatnya Ketegangan Lintas Selat di Bidang Keamanan, Teknologi, dan Pertanian Asia Tenggara', acara ini dilaksanakan di Kampus Kijang Universitas Binus, Jakarta Barat, dan menjadi platform penting untuk mendiskusikan dampak perdamaian Selat Taiwan terhadap stabilitas dan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.
Tujuan Seminar: Meningkatkan Kesadaran dan Koneksi
Seminar ini diadakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai ketegangan di Selat Taiwan dan dampaknya terhadap kawasan Indo-Pasifik. Acara ini juga bertujuan mempererat hubungan antara alumni Taiwan dan masyarakat Indonesia, terutama dalam konteks pertukaran informasi dan jaringan profesional.
Acara tersebut disiarkan secara langsung di platform online, memungkinkan peserta untuk mengikuti seminar dari berbagai lokasi. Dengan lebih dari 80 peserta hadir secara fisik dan banyak lagi yang bergabung melalui siaran online, seminar ini berhasil menarik perhatian luas dan memfasilitasi diskusi yang mendalam tentang isu-isu terkait Selat Taiwan.
Pernyataan Kunci dari Deputy Representative TETO
Steve Chen, Deputy Representative TETO, memberikan sambutan yang menggarisbawahi pentingnya perdamaian di Selat Taiwan dalam konteks keamanan dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik. Dalam sambutannya, Chen menekankan bahwa stabilitas di Selat Taiwan sangat terkait dengan beberapa aspek krusial:
Keamanan dan Kemakmuran Kawasan: Chen menyatakan bahwa perdamaian di Selat Taiwan merupakan kunci bagi keamanan regional dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik secara keseluruhan. Ketegangan atau ketidakstabilan di wilayah ini dapat mengganggu keseimbangan regional dan mempengaruhi berbagai sektor ekonomi dan keamanan.
Rantai Pasokan Semikonduktor Global: Taiwan dikenal sebagai pemain utama dalam rantai pasokan semikonduktor global. Chen menyoroti bahwa operasi normal dalam sektor ini bergantung pada stabilitas di Selat Taiwan. Ketegangan di wilayah tersebut dapat mengganggu pasokan semikonduktor yang penting untuk berbagai industri di seluruh dunia.
Ketahanan Pangan Regional: Perdamaian di Selat Taiwan juga berhubungan dengan ketahanan pangan di kawasan. Ketegangan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi hubungan perdagangan dan pertanian, yang pada akhirnya berdampak pada ketahanan pangan regional.
Dampak Potensial Invasi China terhadap Taiwan
Salah satu poin penting yang disampaikan Chen adalah dampak potensial dari kemungkinan invasi China terhadap Taiwan. Menurut Chen, jika China melakukan invasi, dampaknya tidak hanya akan terasa di tingkat regional tetapi juga global. Ia menjelaskan beberapa potensi kerugian sebagai berikut:
Kerugian Ekonomi Global: Chen memperkirakan bahwa invasi China ke Taiwan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi global yang signifikan, mencapai lebih dari 10 triliun dolar AS atau sekitar 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global. Dampak ini akan merambah ke berbagai sektor ekonomi dan dapat mengganggu stabilitas ekonomi global.
Dampak pada Diaspora Asia Tenggara: Chen mengingatkan bahwa lebih dari satu juta diaspora negara-negara Asia Tenggara berada di Taiwan, termasuk lebih dari 400 ribu diaspora Indonesia. Konflik di Taiwan akan mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan diaspora ini, menambah kompleksitas dampak sosial dari ketegangan.
Pengaruh terhadap Kerja Sama Pertanian: Chen juga menekankan pentingnya hubungan kerja sama dalam bidang pertanian antara Taiwan dan Indonesia. Ketegangan atau konflik dapat mempengaruhi perkembangan modernisasi pertanian dan kemandirian pangan di Indonesia, yang selama ini mendapat dukungan dari kerja sama internasional.
Upaya Mengatasi Kesalahpahaman dan Meningkatkan Kerja Sama
Dalam pidatonya, Chen juga mengajak masyarakat Indonesia dan komunitas internasional untuk menolak kesalahan penafsiran China terhadap Resolusi 2758 PBB. Resolusi ini sering kali dihubungkan secara tidak tepat dengan 'prinsip satu China' yang menghalangi partisipasi internasional Taiwan. Chen menekankan pentingnya klarifikasi mengenai posisi Taiwan dalam komunitas internasional dan perlunya dukungan untuk memastikan partisipasi aktif Taiwan di berbagai forum global.
Seminar yang diselenggarakan oleh TETO dan Universitas Bina Nusantara ini memberikan pandangan mendalam mengenai pentingnya perdamaian di Selat Taiwan dan dampaknya terhadap stabilitas serta ekonomi kawasan Indo-Pasifik. Dengan fokus pada isu-isu seperti keamanan, rantai pasokan semikonduktor, dan ketahanan pangan, acara ini berhasil menggarisbawahi betapa pentingnya stabilitas di Selat Taiwan tidak hanya untuk kawasan regional tetapi juga untuk ekonomi global.
Sebagai tindak lanjut, penting bagi semua pihak untuk terus memantau situasi di Selat Taiwan dan berupaya untuk mendukung perdamaian serta stabilitas di kawasan tersebut. Diskusi yang diadakan dalam seminar ini adalah langkah awal yang penting dalam meningkatkan kesadaran dan memperkuat kerjasama internasional dalam menghadapi tantangan yang ada. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Liputan Senja
Social Header