InternasionalBerita - Musim panas 2024 menjadi salah satu periode terpanas dalam sejarah Eropa, dengan gelombang panas ekstrem dan kekeringan parah yang melanda hampir seluruh Benua Biru. Kondisi cuaca ekstrem ini tidak hanya menghancurkan sektor pertanian tetapi juga menyebabkan lonjakan kematian yang berkaitan dengan suhu tinggi. Dampak dari gelombang panas ini menyoroti tantangan serius yang dihadapi Eropa akibat perubahan iklim global.
Catatan Suhu Musim Panas yang Memecahkan Rekor
Menurut laporan terbaru dari Copernicus Climate Change Service (C3S), suhu rata-rata musim panas 2024, yang mencakup bulan Juni hingga Agustus, mencapai 1,54 derajat Celsius di atas rata-rata periode 1991-2020. Angka ini melampaui rekor suhu sebelumnya yang tercatat pada 2022, yaitu 1,34 derajat Celsius di atas rata-rata. Agustus 2024 bahkan mencatat suhu rata-rata 1,57 derajat Celsius di atas periode yang sama, menjadikannya sebagai bulan Agustus terpanas kedua yang pernah tercatat di Eropa.
Gelombang panas yang melanda Eropa tahun ini terutama berdampak di wilayah selatan dan timur benua, dengan suhu yang sering kali melampaui 40 derajat Celsius. Negara-negara seperti Slovakia, Rumania, dan Kroasia mengalami suhu tinggi berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan meluas.
Dampak Mematikan dari Gelombang Panas
Gelombang panas musim panas 2024 membawa dampak mematikan di berbagai belahan Eropa. Di Spanyol, lebih dari 2.000 kasus kematian yang berkaitan dengan cuaca panas tercatat pada bulan Juli dan Agustus. Warga lanjut usia menjadi kelompok yang paling rentan. Institut Kesehatan Carlos III melaporkan bahwa tren serupa juga terlihat di negara-negara lain, dengan Kroasia mencatat tambahan 500 kasus kematian terkait suhu ekstrem.
Sebuah studi oleh Barcelona Institute for Global Health memperkirakan bahwa lebih dari 47 ribu orang meninggal akibat panas ekstrem di seluruh Eropa pada musim panas tahun lalu. Ini menjadikannya sebagai tahun dengan kasus kematian akibat suhu tinggi terbanyak kedua setelah 2022.
Kerugian Ekonomi Akibat Kekeringan dan Panas Ekstrem
Selain dampak terhadap kesehatan, gelombang panas juga menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Di Kroasia, kekeringan yang parah mengakibatkan kegagalan panen di sektor pertanian. Tanaman jagung, bunga matahari, kedelai, bit gula, apel, dan tanaman lainnya mengalami penurunan hasil panen hingga 30 hingga 40 persen. Hal ini diperburuk oleh ketidaktersediaan hujan selama dua bulan, yang mengakibatkan banyak sungai kering.
Austrian Hail Insurance memperkirakan bahwa kekeringan akan menyebabkan kerugian ekonomi hingga 150 juta euro (sekitar 166 juta dolar AS) di sektor pertanian Austria tahun ini. Di Hongaria, lebih dari 390 ribu hektare lahan dinyatakan rusak, termasuk 235 ribu hektare tanaman jagung dan 125 ribu hektare tanaman bunga matahari.
Gelombang panas juga memicu kebakaran hutan di Portugal, Spanyol, dan Yunani, yang menghancurkan area hutan yang luas. Kroasia mengalami peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebesar 26 persen dibandingkan tahun lalu, menambah beban kerusakan yang ditimbulkan oleh panas ekstrem.
Baca Juga : Memahami Hashrate dalam Dunia Cryptocurrency Panduan Lengkap bagi Pemula
Cerminan Pemanasan Global yang Meluas
Peristiwa cuaca ekstrem ini mencerminkan tren pemanasan global yang semakin meluas. C3S menyebutkan bahwa rata-rata suhu global pada tahun 2024 harus turun setidaknya 0,3 derajat Celsius pada sisa tahun ini agar tahun ini tidak melampaui 2023 sebagai tahun terpanas. Namun, data historis menunjukkan bahwa hal ini sangat tidak mungkin terjadi.
Agustus 2024 menyamai Agustus 2023 sebagai bulan Agustus terpanas yang tercatat secara global, dengan suhu rata-rata permukaan mencapai 16,82 derajat Celsius, 0,71 derajat Celsius di atas rata-rata suhu Agustus periode 1991-2020. Data juga menunjukkan bahwa suhu pada Agustus 2024 tercatat 1,51 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan dengan level praindustri (1850-1900), menandai kali ke-13 dalam 14 bulan terakhir rata-rata suhu permukaan global melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris.
Tindakan Mendesak yang Diperlukan
Menurut Samantha Burgess, Wakil Direktur C3S, rangkaian rekor suhu ekstrem yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan kemungkinan besar bahwa 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Musim panas boreal tahun ini telah mencatat bulan Juni dan Agustus terpanas serta hari terpanas yang pernah tercatat. Tren ini menggarisbawahi urgensi tindakan mendesak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim.
Kebijakan mitigasi dan adaptasi yang efektif diperlukan untuk mengurangi dampak dari gelombang panas dan kekeringan ekstrem. Upaya global untuk mengurangi emisi karbon, serta strategi lokal untuk memitigasi efek cuaca ekstrem, akan sangat penting dalam menghadapi tantangan iklim yang semakin mendesak.
Secara keseluruhan, gelombang panas dan kekeringan yang melanda Eropa pada musim panas 2024 menjadi peringatan keras tentang konsekuensi nyata dari perubahan iklim. Dengan suhu yang terus meningkat dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam mengatasi dan mengurangi dampak dari perubahan iklim global. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Liputan Viral
Social Header