InternasionalBerita - Jepang, dikenal dengan teknologi kereta pelurunya yang canggih, kini melangkah lebih jauh dengan inovasi yang akan mengubah wajah industri perkeretaapian. East Japan Railway (JR East) baru saja mengumumkan rencana ambisius untuk memperkenalkan kereta peluru tanpa masinis di jalur Joetsu Shinkansen. Fitur futuristik ini direncanakan akan mulai dioperasikan untuk layanan komersial pada tahun fiskal 2028. Meskipun kereta ini akan beroperasi tanpa masinis di kursi pengemudi, seorang masinis tetap akan berada di dalam kereta untuk memastikan keselamatan dan menangani situasi darurat.
Teknologi Self-Driving Mengubah Operasional Kereta
Teknologi self-driving atau otomatisasi dalam kereta peluru ini adalah langkah besar menuju modernisasi industri perkeretaapian Jepang. Presiden JR East, Yoichi Kise, mengungkapkan dalam konferensi pers bahwa teknologi ini memungkinkan perencanaan jadwal kereta yang lebih fleksibel dan memberikan kesempatan kepada anggota staf untuk terlibat dalam berbagai tugas lain yang lebih luas.
“Meski kereta ini akan mengoperasikan sistem tanpa masinis di kursi pengemudi, masinis akan tetap berada di dalam kereta untuk membantu penumpang dalam keadaan darurat dan melaksanakan berbagai tugas lainnya,” jelas Kise pada Selasa, 10 September 2024.
Perusahaan berharap teknologi ini akan membawa perubahan signifikan dalam cara kerja karyawan dan meningkatkan efisiensi operasional di bisnis perkeretaapian. Dengan teknologi self-driving, JR East tidak hanya berfokus pada automasi tetapi juga pada peningkatan keselamatan dan kenyamanan penumpang, serta optimasi penggunaan tenaga kerja.
Ekspansi Rencana: Kereta Peluru Tanpa Masinis di Seluruh Jepang
Setelah peluncuran awal pada jalur Joetsu Shinkansen, JR East berencana untuk memperluas operasi kereta peluru tanpa masinis ke berbagai jalur lainnya di Jepang. Rencana jangka panjang perusahaan termasuk uji coba kereta tanpa masinis pada tahun 2029 di jalur pendek yang saat ini tidak beroperasi. Ini akan menjadi fase awal sebelum peluncuran penuh antara Tokyo dan Niigata pada jalur Joetsu Shinkansen pada pertengahan tahun 2030-an.
Selain jalur Joetsu Shinkansen, JR East juga mempertimbangkan ekspansi ke jalur kereta peluru lainnya, seperti Hokuriku dan Tohoku Shinkansen. Jalur Hokuriku menghubungkan Tokyo dengan wilayah pesisir Laut Jepang, sementara jalur Tohoku menghubungkan ibu kota dengan prefektur di timur laut Jepang. Ekspansi ini menunjukkan komitmen JR East untuk menerapkan teknologi self-driving secara lebih luas di seluruh jaringan kereta peluru Jepang.
Operator kereta peluru lainnya di Jepang juga mengikuti tren ini. JR Central, yang mengelola Jalur Tokaido Shinkansen yang menghubungkan Tokyo dan Osaka, juga merencanakan untuk memperkenalkan kereta peluru tanpa masinis sekitar tahun 2028. Ini menunjukkan bahwa teknologi self-driving di industri perkeretaapian Jepang sedang berkembang pesat dan mendapatkan perhatian dari berbagai operator.
Menjawab Krisis Demografi dengan Teknologi
Penerapan kereta peluru tanpa masinis tidak hanya merupakan langkah teknologi, tetapi juga sebuah solusi untuk menghadapi krisis demografi yang sedang melanda Jepang. Jepang saat ini menghadapi penurunan angka kelahiran dan populasi yang menua, menjadikannya sebagai negara dengan populasi tertua kedua di dunia. Krisis ini berdampak pada berbagai sektor ekonomi, termasuk perkeretaapian, yang menghadapi kekurangan tenaga kerja, khususnya masinis.
Dengan memperkenalkan sistem kereta otomatis, JR East berharap dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja ini. Teknologi self-driving diharapkan dapat mengurangi kesalahan manusia, meningkatkan keselamatan, dan mengurangi beban kerja tenaga kerja manusia. Ini adalah upaya strategis untuk memastikan bahwa layanan kereta tetap optimal meskipun terdapat penurunan jumlah tenaga kerja yang tersedia.
Menurut laporan The Straits Times, kecepatan maksimum Shinkansen pada jalur Joetsu adalah 275 km per jam, dan pada jalur lain, kereta peluru dapat melaju pada kecepatan hingga 300 km per jam atau bahkan lebih cepat. Implementasi teknologi self-driving pada kereta peluru ini akan memungkinkan JR East untuk memelihara kecepatan tinggi sambil memastikan operasional yang aman dan efisien.
Implikasi Teknologi Self-Driving bagi Industri Perkeretaapian
Penerapan teknologi self-driving dalam kereta peluru adalah bagian dari tren global dalam modernisasi transportasi. Dengan menggunakan teknologi ini, Jepang tidak hanya akan memimpin dalam inovasi perkeretaapian tetapi juga akan menciptakan standar baru bagi industri transportasi di seluruh dunia.
Teknologi self-driving menjanjikan berbagai keuntungan, seperti pengurangan biaya operasional jangka panjang, peningkatan keselamatan, dan efisiensi jadwal yang lebih baik. Selain itu, dengan teknologi ini, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia, yang sangat penting mengingat tantangan demografis yang dihadapi Jepang.
Namun, ada juga tantangan yang perlu diatasi. Implementasi teknologi self-driving memerlukan infrastruktur yang canggih, pengujian yang ekstensif, dan pelatihan untuk staf yang ada. Meski demikian, langkah ini menunjukkan komitmen Jepang untuk tetap berada di garis depan inovasi dalam transportasi dan untuk mengatasi tantangan demografi yang mendesak.
Baca Juga : Apple Terpaksa Bayar Rp221 Triliun ke Irlandia Setelah Kalah dalam Sengketa Pajak
Perkembangan terbaru dari JR East dengan meluncurkan kereta peluru tanpa masinis menandai era baru dalam industri perkeretaapian Jepang. Ini bukan hanya tentang mengadopsi teknologi terbaru, tetapi juga tentang menjawab tantangan demografi dan memastikan keberlanjutan layanan transportasi di masa depan. Dengan memperkenalkan kereta otomatis yang tetap diawasi oleh masinis, JR East menunjukkan bahwa inovasi dan keamanan dapat berjalan berdampingan. Transformasi ini akan memberikan dampak signifikan pada cara orang bepergian di Jepang dan akan menjadi model bagi industri transportasi di seluruh dunia. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Tabloid Malam
Social Header