InternasionalBerita - Pada 9 September 2024, China mengumumkan rencana ambisius untuk melatih 3.000 petugas penegak hukum dari berbagai negara dalam waktu 12 bulan ke depan. Pengumuman ini disampaikan oleh Menteri Keamanan Publik Wang Xiaohong, menandai langkah besar Beijing dalam memperkuat perannya sebagai penyedia keamanan global.
Dalam pidatonya, Wang mengungkapkan bahwa China telah berhasil melatih 2.700 petugas tahun lalu dan berencana untuk meningkatkan jumlah tersebut dengan melatih lebih banyak petugas dari negara-negara yang membutuhkan. “Kami (juga) akan mengirim konsultan polisi ke negara-negara yang membutuhkan untuk melakukan pelatihan guna membantu mereka meningkatkan kemampuan penegakan hukum dengan cepat dan efektif,” kata Wang dalam konferensi yang diadakan di Lianyungang, provinsi Jiangsu.
Strategi China dalam Menghadapi Hegemoni Barat
Konferensi keamanan yang diadakan di Lianyungang menarik perhatian petugas penegak hukum dari 122 negara, kawasan, dan organisasi internasional, termasuk Malaysia, Myanmar, Pakistan, dan Interpol. Konferensi ini dipandang sebagai bagian dari Prakarsa Keamanan Global (GSI) yang diusulkan oleh Presiden China Xi Jinping pada 2022. GSI bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah internasional melalui kerja sama multilateral.
Namun, para analis melihat GSI sebagai upaya China untuk memperluas pengaruh globalnya dan mengikis tatanan keamanan yang dipimpin oleh Amerika Serikat saat ini. “Ini hampir seperti mengatakan, ‘jika Anda tidak menyukai cara Barat dalam melakukan sesuatu, kami punya alternatif China’,” ungkap Asisten Profesor Benjamin Ho dari Program China di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam.
Ho menambahkan, “Jadi, tentu saja, China berusaha untuk menyoroti beberapa inisiatif (kepolisian) ini secara besar-besaran, dan itu merupakan bagian tak terpisahkan dari perebutan pengaruhnya terhadap Barat.” Langkah ini mencerminkan strategi China untuk menawarkan alternatif dalam hal penegakan hukum dan keamanan global, mencoba untuk menarik negara-negara yang mungkin tidak puas dengan dominasi Barat.
Kritik terhadap Penegakan Hukum yang Dipolitisasi
Dalam pidatonya, Wang Xiaohong mengkritik penegakan hukum internasional yang dinilai telah “dipolitisasi.” Dia menyatakan bahwa kerja sama internasional dalam bidang keamanan sering kali menjadi korban dari agenda politik. “Kerja sama internasional yang normal telah disetankan,” katanya, menambahkan bahwa China menolak segala bentuk hegemonisme dan intimidasi.
Wang juga menyoroti risiko keamanan regional yang terus meningkat, termasuk dampak dari perang Ukraina, konflik Israel-Palestina, dan ketegangan di Laut Merah. Dia mengklaim bahwa China berkomitmen untuk menawarkan solusi alternatif terhadap masalah-masalah tersebut, dengan harapan dapat membangun citra sebagai kekuatan stabilisator dalam arena global.
Pameran Produk Keamanan China
Di konferensi tersebut, China juga memamerkan berbagai produk keamanan canggih, termasuk borgol, tongkat, dan rompi antipeluru berwarna emas mawar. Aula pameran yang menampilkan peralatan kepolisian terbaru menarik perhatian pengunjung asing yang tertarik dengan inovasi keamanan. Kendaraan lapis baja dan perangkat lunak pengenalan wajah yang dirancang untuk membantu mengidentifikasi buronan juga dipamerkan.
Menurut Ho, China berusaha menyoroti betapa aman dan terjaminnya negara mereka, terutama melalui teknik pengawasan terbaru mereka. “Saya kira logika semacam itu pasti cukup menarik bagi negara-negara yang mungkin sedang berjuang dengan keamanan dalam negeri mereka sendiri. Dari pihak China, semua ini adalah peluang bagi mereka untuk menunjukkan pengaruh keamanan global mereka,” ujar Ho, seperti dilaporkan oleh The Straits Times.
Pameran ini bukan hanya tentang menunjukkan produk keamanan, tetapi juga tentang membangun hubungan dengan negara-negara lain melalui kerjasama teknis dan pelatihan. Dengan menawarkan pelatihan dan teknologi canggih, China berharap dapat memperkuat posisinya sebagai mitra strategis dalam bidang keamanan global.
Dampak dan Reaksi Internasional
Langkah China untuk melatih 3.000 petugas penegak hukum dari berbagai negara dan memamerkan teknologi keamanan terbaru menunjukkan upaya Beijing untuk memperluas pengaruhnya di bidang keamanan global. Namun, langkah ini juga memicu berbagai reaksi internasional, baik dari negara-negara yang menerima pelatihan maupun dari negara-negara Barat yang mungkin melihatnya sebagai tantangan terhadap dominasi mereka dalam arena keamanan global.
Pihak-pihak yang skeptis tentang inisiatif China mungkin melihatnya sebagai bagian dari strategi Beijing untuk mengejar agenda geopolitik dan mempengaruhi negara-negara lain dalam cara yang tidak sesuai dengan norma-norma internasional yang ada. Di sisi lain, negara-negara yang menghadapi tantangan keamanan internal mungkin melihat pelatihan dan teknologi yang ditawarkan oleh China sebagai kesempatan untuk meningkatkan kapasitas mereka sendiri.
Baca Juga : Rencana Pelarangan Media Sosial Bagi Anak-anak di Australia Demi Kesehatan Mental
Dengan melatih 3.000 petugas penegak hukum dari berbagai negara, China tidak hanya berusaha memperkuat perannya sebagai penyedia keamanan global tetapi juga untuk menantang dominasi Barat dalam bidang ini. Langkah ini mencerminkan strategi Beijing untuk menawarkan alternatif dalam hal penegakan hukum dan keamanan global, sambil memanfaatkan kesempatan untuk menunjukkan inovasi teknologi mereka.
Konferensi keamanan di Lianyungang dan pameran produk keamanan China menjadi platform penting bagi Beijing untuk memperluas pengaruhnya dan membangun hubungan dengan negara-negara lain. Namun, langkah ini juga memunculkan berbagai pertanyaan tentang dampak jangka panjangnya terhadap tatanan keamanan global dan bagaimana negara-negara lain akan merespons inisiatif China ini. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Portal Sore
Social Header