Breaking News

Kronologi Ricuhnya Demonstrasi Penolakan RUU Pilkada di Gedung DPR


InternasionalBerita -  Pada Kamis, 22 Agustus 2024, demonstrasi besar-besaran terjadi di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, menolak revisi Undang-Undang Pilkada (RUU Pilkada) yang sedang dibahas. Demonstrasi ini bukan hanya menjadi sorotan karena tujuan politiknya, tetapi juga karena bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan yang memunculkan berbagai kejadian kontroversial. Berikut adalah ulasan mendalam mengenai fakta-fakta utama dari demonstrasi tersebut, termasuk kronologi kejadian, reaksi masyarakat, dan dampaknya terhadap berbagai pihak.

1. Tujuan Utama Demonstrasi: Penolakan terhadap RUU Pilkada

Unjuk rasa ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap rencana revisi UU Pilkada yang dianggap kontroversial. RUU Pilkada yang sedang diusulkan bertujuan untuk mengubah syarat pencalonan kepala daerah dalam Pilkada 2024. Perubahan utama dalam RUU ini adalah mengubah syarat usia calon kepala daerah menjadi minimal 30 tahun pada saat pelantikan, bukan saat penetapan. Para demonstran berpendapat bahwa perubahan ini dilakukan untuk memberikan keuntungan politik pada calon tertentu, khususnya Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, yang dianggap dapat diuntungkan dengan syarat usia yang baru.

Para peserta demonstrasi merasa bahwa perubahan ini akan merusak prinsip keadilan dalam pemilihan umum dan berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Mereka khawatir bahwa RUU ini hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu dan tidak mencerminkan aspirasi rakyat secara keseluruhan.

2. Partisipasi Luas: Mahasiswa, Aktivis, dan Selebritas

Aksi demonstrasi ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, menunjukkan betapa luasnya ketidakpuasan terhadap RUU Pilkada. Mahasiswa dari berbagai universitas turut bergabung, bersama dengan aktivis pro-demokrasi, buruh, dan pelajar. Selain itu, para komika seperti Bintang Emon, Cing Abdel, dan Abdur Arsyad juga ikut serta, menambah dimensi hiburan dan kesadaran politik dalam aksi tersebut. Bahkan, selebritas ternama seperti Reza Rahardian hadir dan menyampaikan pandangannya mengenai situasi politik saat ini.

Partisipasi selebritas dan tokoh-tokoh publik lainnya menambah perhatian media dan publik terhadap aksi ini. Kehadiran mereka tidak hanya meningkatkan visibilitas demonstrasi, tetapi juga menunjukkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat terhadap penolakan RUU Pilkada.

3. Bentrokan Ricuh antara Demonstran dan Aparat

Demo yang dimulai sejak pagi hari hingga malam hari berakhir dalam kekacauan. Ketegangan meningkat ketika demonstran mencoba menerobos pagar gedung DPR untuk menemui pimpinan DPR dan menyampaikan tuntutan mereka secara langsung. Upaya tersebut disambut dengan tindakan tegas dari aparat keamanan yang menembakkan gas air mata dan menggunakan water cannon untuk membubarkan massa.

Bentrokan ini membuat situasi semakin tegang, dengan demonstran membalas dengan melemparkan berbagai benda ke arah aparat keamanan. Insiden ini berujung pada sejumlah demonstran yang ditangkap dan mengalami kekerasan fisik dari pihak kepolisian. Ketidakpuasan terhadap penanganan situasi oleh aparat semakin menambah ketegangan dan ketidakpercayaan publik terhadap cara penanganan demonstrasi.

4. Penangkapan dan Penahanan Demonstran

Menurut data Komnas HAM, terdapat 159 demonstran yang ditangkap selama aksi tersebut, dengan 35 di antaranya sudah dipulangkan semalam, sedangkan 124 orang masih ditahan. Di antara yang ditahan, 57 orang diidentifikasi sebagai aktivis. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) melaporkan bahwa total 206 orang ditangkap, termasuk 180 orang yang hendak menuju lokasi demonstrasi.

Penangkapan massal ini memicu kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia, terutama mengenai kondisi penahanan dan perlakuan terhadap para demonstran. Banyak pihak, termasuk lembaga-lembaga hak asasi manusia, menyerukan transparansi dan akuntabilitas terkait tindakan aparat keamanan selama dan setelah demonstrasi.

5. Kunjungan Menpora Dito Ariotedjo

Dalam situasi yang tegang ini, Menpora Dito Ariotedjo muncul sebagai tokoh pemerintah yang terlibat secara langsung dalam peristiwa tersebut. Dito terlihat berjalan kaki di depan Kantor Kemenpora, mengamati aksi demonstrasi dan terlibat dalam barikade kepolisian. Dalam pernyataannya, Dito menekankan pentingnya dialog antara mahasiswa dan polisi untuk menjaga agar aksi tetap damai dan konstruktif.

Namun, kehadiran Dito juga menambah kerumitan situasi, terutama setelah dia meninggalkan lokasi dengan cepat setelah penanggulangan massa. Meskipun niatnya mungkin untuk menunjukkan dukungan terhadap hak berekspresi, kehadirannya dalam situasi yang ricuh menimbulkan berbagai tanggapan dari publik dan media.

6. Dampak pada Infrastruktur dan Kemacetan

Demonstrasi ini juga memiliki dampak signifikan pada infrastruktur kota, terutama terkait dengan penutupan jalan tol. Jalan Tol Cawang-Slipi mengalami penutupan akibat demonstran yang menerobos ke area tol selama bentrokan dengan aparat keamanan. Penutupan ini menyebabkan antrean kendaraan yang mengular dan kemacetan parah di area sekitar Senayan.

Kemacetan ini menambah kesulitan bagi masyarakat yang terjebak dalam perjalanan mereka, dan menambah stres pada situasi yang sudah tegang. Imbas dari penutupan jalan tol menunjukkan dampak luas dari demonstrasi ini, tidak hanya pada aspek politik, tetapi juga pada kehidupan sehari-hari warga kota.

Baca Juga : Penangkapan Direktur Lokataru Foundation dalam Demonstrasi RUU Pilkada

Demonstrasi penolakan RUU Pilkada di gedung DPR RI pada 22 Agustus 2024 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah politik Indonesia modern. Aksi ini menggarisbawahi ketidakpuasan masyarakat terhadap proses legislasi yang dianggap tidak transparan dan cenderung menguntungkan kelompok tertentu. Meskipun niat para demonstran untuk menyampaikan pendapat mereka sangat jelas, cara penanganan oleh aparat keamanan dan respons dari berbagai pihak menunjukkan kompleksitas dan tantangan dalam menjaga keseimbangan antara hak berekspresi dan keamanan publik.

Kejadian ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana protes dan ketidakpuasan masyarakat dapat mengubah dinamika politik dan sosial di negara, serta menyoroti perlunya dialog terbuka dan penanganan yang lebih manusiawi dalam menghadapi situasi-situasi serupa di masa depan. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Ruang Berita


© Copyright 2022 - INTERNASIONAL BERITA - BERITA MASA TERKINI