InternasionalBerita - Dalam situasi yang penuh dengan penderitaan akibat serangan Israel, Gereja St. Philip di Gaza telah beralih fungsi dari tempat ibadah menjadi rumah sakit darurat. Transformasi ini terjadi karena sistem kesehatan di wilayah tersebut hancur dan fasilitas medis lainnya sudah tidak mampu menampung pasien lagi.
Gereja St. Philip Menjadi Klinik Darurat
Gereja St. Philip, yang awalnya menjadi tempat beribadah bagi komunitas Kristen di Gaza, kini diubah menjadi klinik darurat. Pendeta Munther Isaac menyatakan, "Ruang yang biasanya digunakan untuk berdoa sekarang berfungsi sebagai klinik karena kekurangan tempat yang tersedia. Prioritas kami saat ini adalah menyelamatkan nyawa setiap manusia semampu kami," ujarnya kepada Reuters.
Kondisi Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi yang Penuh Sesak
Gereja St. Philip terletak di kompleks yang sama dengan rumah sakit Al-Ahli al-Arabi, yang juga sudah penuh sesak dengan pasien. Rumah sakit ini, seperti banyak fasilitas medis lainnya di Gaza, tidak lagi mampu menampung pasien akibat tingginya permintaan layanan medis. Dr. Mohammed al-Sheikh mengungkapkan, "Tidak ada lagi tempat untuk menerima pasien di departemen tersebut sehingga kami terpaksa beralih ke tempat ini, yang merupakan tempat bagi umat Kristiani untuk beribadah di sini di Gaza." Ia menambahkan, "Karena kekurangan perbekalan, kami bahkan menggunakan bangku sebagai tempat tidur pasien."
Solidaritas Antara Umat Islam dan Kristen
Konflik yang terjadi di Gaza tidak hanya menghancurkan infrastruktur tetapi juga menciptakan solidaritas yang kuat antara umat Islam dan Kristen. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kampanye militer Israel telah membuat banyak rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya tidak dapat beroperasi, serta menyebabkan krisis pasokan medis. Meskipun Israel membantah sengaja menargetkan fasilitas kesehatan atau menghentikan pasokan medis ke Gaza, kenyataannya banyak fasilitas kesehatan yang hancur.
Abu Mohammed Abu Samra, yang menemani ibunya yang sakit di St. Philip, mengatakan, "Di gereja ini, yang bukan lagi rumah ibadah tetapi telah diubah menjadi fasilitas perawatan, kami mendapatkan beberapa layanan medis dasar." Ia menambahkan bahwa transformasi gereja ini menjadi klinik darurat menunjukkan solidaritas antara umat Islam dan Kristen di Gaza utara.
Dampak Konflik dan Penutupan Perbatasan Rafah
Konflik yang terus berlanjut di Gaza telah menyebabkan banyak korban jiwa dan luka-luka. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 38.011 warga Palestina telah tewas dan 87.445 lainnya terluka akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Konflik ini meletus pada 7 Oktober, ketika pejuang Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan, yang dilaporkan menewaskan 1.139 orang dan membuat sekitar 250 lainnya disandera.
Selain itu, perang yang berkecamuk juga memicu wabah penyakit dan kekurangan gizi, sehingga semakin menambah tekanan pada sistem kesehatan di Gaza. Penutupan penyeberangan Rafah, yang menghubungkan Mesir dan Gaza, sejak Mei telah menghambat penyaluran bantuan. Beberapa pejabat mengatakan bahwa sebanyak 2.500 truk sedang menunggu untuk masuk ke Gaza, dan gudang-gudang di Mesir hampir penuh.
Abdullah al Rabeeah, kepala Bantuan Kemanusiaan Raja Salman dan Pusat Bantuan (KSRelief), menyatakan, "Kami memiliki ratusan truk yang kini menumpuk di Rafah karena penutupan Rafah dan koridor lainnya. Kami menghadapi pembatasan besar untuk menjangkau masyarakat Gaza."
Krisis Kesehatan di Gaza: Tantangan dan Harapan
Krisis kesehatan di Gaza telah menciptakan tantangan besar bagi masyarakat dan tenaga medis. Di tengah keterbatasan fasilitas dan pasokan medis, solidaritas dan kerjasama antara berbagai komunitas menjadi harapan bagi banyak orang. Gereja St. Philip yang beralih fungsi menjadi klinik darurat adalah salah satu contoh nyata dari upaya bersama untuk menyelamatkan nyawa.
Upaya Penanggulangan dan Bantuan Kemanusiaan
Berbagai organisasi internasional dan lokal terus berusaha menyalurkan bantuan ke Gaza meskipun menghadapi banyak hambatan. Penyaluran bantuan yang terhambat akibat penutupan perbatasan Rafah menjadi salah satu isu utama yang perlu segera diatasi. Upaya diplomatik dan negosiasi dengan pihak-pihak terkait diharapkan dapat membuka kembali jalur penyeberangan agar bantuan dapat masuk ke Gaza dengan lancar.
Solidaritas sebagai Bentuk Perlawanan
Di tengah situasi yang sulit, solidaritas antara umat Islam dan Kristen di Gaza memberikan harapan baru. Kerjasama antara kedua komunitas ini dalam menyediakan layanan medis dan dukungan bagi yang membutuhkan adalah contoh nyata dari kekuatan solidaritas dalam menghadapi krisis. Transformasi gereja menjadi klinik darurat bukan hanya simbol solidaritas, tetapi juga representasi dari kemanusiaan yang mengatasi perbedaan agama dan latar belakang.
Baca Juga : Empat Aktivis Pro-Palestina Ditangkap Setelah Memanjat Atap Parlemen Australia
Harapan untuk Masa Depan Gaza
Meskipun situasi di Gaza sangat memprihatinkan, harapan tetap ada. Upaya untuk meningkatkan akses bantuan kemanusiaan, memperbaiki infrastruktur kesehatan, dan menggalang solidaritas internasional adalah langkah-langkah penting menuju pemulihan. Masyarakat internasional diharapkan terus mendukung Gaza dengan memberikan bantuan yang dibutuhkan dan mendorong perdamaian yang berkelanjutan.
Transformasi Gereja St. Philip menjadi rumah sakit darurat adalah cerminan dari situasi krisis yang dihadapi Gaza. Di tengah kekurangan fasilitas medis dan pasokan, solidaritas antara umat Islam dan Kristen memberikan harapan baru. Meskipun tantangan besar masih menghadang, upaya bersama untuk menyelamatkan nyawa dan menyediakan perawatan medis bagi yang membutuhkan adalah bukti kuat dari kekuatan kemanusiaan. Dengan dukungan dari komunitas internasional, Gaza diharapkan dapat bangkit dan menuju masa depan yang lebih baik. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Ruang Viral
Social Header